Kamis, 24 November 2011

Melawan Buaya (Humor dan kisah)

Suatu hari seorang raja yang terkenal lalim, tiba-tiba mengumpulkan rakyatnya ‘katanya’ untuk memberi hadiah. Tumben-tumbenan ini raja mau kasih hadiah, begitu pikir sebagian besar rakyat.
Akan tetapi dasar raja lalim, sekalipun ia memberi hadiah ia tidak memberinya gratis.
“Wahai rakyatku, aku punya hadiah besar untuk kalian” kata raja.
“Horee…’
“Tapi ada syaratnya” raja menambahkan.
”Huuuu “ Rakyat berteriak dalam hati.
“Saya akan memberikan satu guci emas bagi sia yang berani berenang menyeberang sungai ini” kata raja, sambil menunjuk sungai lebar yang mengelilingi istananya dan direnangi olah ratusan buaya.
“Huh” Rakyat langsung lemas, tak bereaksi.
Melihat rakyat tidak ada yang beminat raja menambahkan.
“Jika tidak berminat seguci emas, boleh juga pilih hadiah menjadi gubernur ku di ibu kota” tambah raja menawarkan pilihan.
Rakyat masih gak ada yang berminat.
“Kalau masih tidak ada yang berminat, aku beri pilihan lain, menjadi menantuku menikah dengan putriku atau …
Belum selesai ucapan raja tiba-tiba…
Byuur…
Seorang pemuda tiba-tiba masuk ke sungai.
Semua orang tegang menanti apa yang akan terjadi.
Pemuda itu berenang secepatcepatnya.
Terlambat. Seekor buaya mulai mendekat.
Belum sempat buaya tersebut menggigit pemuda itu mampu menghalaunya dengan kayu yang kebetulan ada di dekatnya.
Kali ini ia mencoba berenang sekuat tenaga. Lebih cepat lagi.
Sayangnya ada dua buaya mendekat sekaligus dari dua arah berlawanan.
Dengan gerakan tipuan, pemuda itu berhasil membuat kedua buaya itu bertabrakan.
Buaya lain mulai datang dan berkumpul.
Entah dari mana kekuatan itu datang, pemuda itu berhasil menaiki satu buaya dan meloncati satu persatu buaya yang berkumpul.
Ia selamat sampai di seberang.
Semua terkesima melihat adegan itu, termasuk sang raja.
Segera semua bergegas menemui pemuda pemberani.
“Nampaknya Anda berminat pada anakku, ingin menjadi menantu raja?” tanya sang raja, setengah yakin karena pemuda ini loncat ketika ia menawarkan putrinya.
“Tidak saya tidak berminat,” jawab pemuda itu agak kasar dan terengah-engah sambil melihat sekeliling. Nampaknya ia marah sekali
“Atau engkau ingin jadi gubernurku?” tanya raja penasaran
”Tidak aku tidak berminat”, jawab pemuda itu, masih kehabisan napas. Matanya tidak berhenti melihat sekeliling.
“Berarti engkau ingin seguci emas” seru raja memastikan.
“Tidak saya tidak berminat.”
“Jadi apa yang anda inginkan?” raja semakin penasaran.
Pemuda itu menjawab :
“Saya cuma mau tahu siapa orang yang mendorong saya!”

Hahaha
ternyat pemuda itu bukan pemberani tapi ada yang mendorongnya.
Apa hikmah kisah tersebut?

Hikmahnya?
Pemuda itu sebenarnya punya potensi untuk memenangkan sayembara raja tapi ia baru tahu ia bisa melakukannya setelah ia tercebur pada situasi yang tidak ada pilihan lain kecuali selamat

Intinya;
Kita punya potensi besar, hanya saja kita baru mengeluarkan seluruh potensi jika sudah tercebur pada masalah hidup atau mati.
Kalau sudah terpaksa.

Banyak kisah wanita yang pasif tiba tiba menjadi pengusaha sukses setelah suaminya mendadak meninggal.
Banyak kisah anak manja yang tiba-tiba jadi pekerja keras karena tiba-tiba orang tuanya meninggal.

Pilihannya apakah kita harus menunggu tercebur dulu baru bekerja mati-matian?
Atau sekarang bekerja mati-matian jadi kemungkinan tercebur semakin sedikit, kalaupun tercebur kita sudah siap.


Buat:teman2 yang yang baru merintis sebuah program kontribusi untuk farohis,tetap sabar dan istiqomah.mungkin kita di antara yang terpaksa dalam program ini,tapi dengan terpaksa akan muncul potensi kita...bahwa kita mampu mewujudkannya....tetap optimis,rapatkan barisan dan perbanyak doa......

Minggu, 13 November 2011

Witing tresna jalaran saka kuliner


Alhamdulillah…
Akhirnya, setelah sekian lama bejibaku dengan amanah akademis, sekarang bisa menulis kembali. Membagi kisah, ilmu, dan hal – hal yang menginspirasi dalam hidup ini. Dengan begitu kita akan menjadi orang – orang yang cerdas, orang yang selalu memanfaatkan waktu dengan baik untuk melakukan kebaikan.
Hai sobat, geli ngga membaca judul posting kali ini?? Hehehe…
Itu merupakan plesetan dari pepatah bahasa jawa: Witing tresna jalaran saka kulina (jatuh cinta karena terbiasa [bertemu, berinteraksi.pen]). Sedangkan judul posting di atas artinya jatuh cinta gara – gara masakan.
He?? Emang ada yang jatuh cinta seperti itu? Emm, mungkin saja ada, tapi entah lah namanya saja plesetan. Namun, bukankah masakan seorang ibu bisa membuat anak – anaknya cinta mati pada hasil racikannya?
Saat kita jauh dari orang tua, kadang merasa rindu pada cita rasa masakan ibu. Itulah kehebatan masakan. Sebenarnya, kalau dipikir lebih lanjut, kita sudah diberi ‘masakan’ ala ibu sejak kita berada dalam kandungan. Asupan makanan yang kita dapatkan ketika masih bayi berasal dari nutrisi yang diproses dalam tubuh ibu. Begitu pula setelah kita lahir, kita diberi asupan gizi dari ASI. Selain sebagai sebuah kebutuhan dan kewajiban, ASI dapat menumbuhkan serta menyuburkan cinta seorang anak kepada ibu, cinta ibu kepada anaknya.
Masakan juga dapat mempersatukan saudara – saudara seiman. Dengan makan bareng, lebih kerennya sebut saja makan berjama’ah, kita akan menjadi lebih dekat dengan saudara – saudara kita. Rasa cinta karena Allah ta’ala akan muncul. Kasih sayang dan saling berbagi terasa begitu kental. Dengan demikian, ukhuwwah islamiyah juga akan semakin terikat erat.
So, berbagi lah ‘masakan’ yang kita miliki untuk saudara – saudara kita, ^^
*masakan itu bisa berupa wajah yang berseri, perhatian, dsb.

Jumat, 28 Oktober 2011

Dzulhijjah

“Dan demi malam yang sepuluh.” (Q.S. Al Fajr : 2)

“Tidak ada satu hari yang amalan shalih pada waktu itu lebih dicintai Allah dari hari – hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Maka para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Al Bukhori, dari Ibnu ‘Abbas)


Amalan – amalan yang bisa dilakukan:
1. Memperbanyak puasa
Dari Hunaidah bin Kholid, bahwasanya istri – istri Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam berkata, “Rasulullah biasa berpuasa pada Sembilan hari awal Dzulhijjah.” (HR. Abu Daud)
2. Melaksanakan puasa Arofah
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
3. Memperbanyak doa
“Sebaik – baik doa adalah doa pada hari Arofah.” (HR. Tirmidzi, dari ‘Amr bin Syu’aib, hasan)
4. Bertahlil, bertakbir, dan bertahmid
Sahabat Ibnu Umar mengisahkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
5. Melaksanakan ibadah haji dan umroh
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa – dosa yang dikerjakan) diantara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surge.” (Muttafaq ‘alaih)
6. Berkurban
“Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
7. Melaksanakan sholat Idul Adha dan mendengarkan khutbahnya
8. Banyak beramal shalih
Seperti memperbanyak sholat sunnah, bersedekah, membaca Al Qur’an, ‘amar ma’ruf nahi munkar, dsb. Selama amalan itu ikhlas karena Allah dan dituntunkan oleh Rasulullah.
Semoga kita diberi kemudahan, semangat, dan kesempatan untuk bisa melakukannya dan tidak menyia – nyiakan kesempatan yang telah diberikanNya. Amin.



[dikutip dari bulletin At-Tauhid no. 42/ tahun 7]

No action, nothing happen


Sa’i maknanya lari – lari kecil antara Shafa dan Marwa. Sejarah Sa’i bermula saat Hajar berlari – lari tujuh kali; bolak – balik untuk mencari air buat bayinya, Isma’il. Sa’i mengajarkan kita bahwa suatu keberhasilan harus disertai USAHA, DIPERJUANGKAN; dan tawakal sebagaimana Hajar berusaha untuk mendapatkan hasil, air minum Zamzam. Kesuksesan mendapat air minum ia peroleh setelah BERULANG KALI berlarian.

Keyakinan Hajar akan Kebesaran dan Kemahakuasaan Allah sedemikian kokoh yang terbukti jauh sebelum peristiwa pencarian itu, ketika ia bersedia ditinggal bersama anaknya di suatu lembah yang tandus. Keyakinannya yang begitu dalam tidak menjadikannya berpangku tangan dengan hanya menunggu turunnya hujan dari langit. Tetapi ia berusaha dan berusaha, mondar – mandir berkali – kali demi mencari kehidupan.

Tanpa ada tindakan, disana tak ada lagi pengharapan; namun saat engkau melakukan tindakan, disana terbit harapan kesuksesan.

No action, nothing happen.
When you take action, miracle happen.




[dari buku motivasiku, ^^]

Loe, gue, end…!

Sering beud ga sich denger kata – kata itu??
Hehehe…
Tenang… Kita di sini ngga akan bahas pake bahasa 4L4y kok. Tapi, ini tetep serius lho,.! Cekidot.
Ok. Mau bahas apaan sih?

Emm, bukan masalah bahasanya, bukan redaksinya, tapi isi perkataan itu.
Sederhananya, kalimat itu berarti antara dua orang sudah tidak terjalin hubungan apa – apa lagi. Yang semulanya kenal jadi sok ngga kenal. Yang awalnya berteman jadi bermusuhan. Ikatan silaturahminya terputus! Nah lho, ini nih yang berat bin gawat.
Bukankah Rasulullah telah mengajarkan kepada kita untuk menyambung tali persaudaraan?
Oleh karena itu, kata – kata itu tak sepatutnya diucapkan, apalagi oleh kita sebagai umat muslim. Dengan mempererat ukhuwwah akan banyak manfaat yang kita dapatkan, antara lain memperpanjang umur dan melapangkan rezeki. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:
“Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)

Hmm… Ternyata aku juga menyadari kekurangan selama ini.
Nah, mau umurnya panjang? Ingin dimudahkan rezekinya? Ayoooo, buruan jalin silaturahmi.
Dan katakan: LOE, GUE, BEGIN…! :-)

My first love…^^

Di suatu sore yang tenang, aku menghampiri eyang putriku yang sedang memberi makan ayam peliharaannya. Aku memanggil beliau dengan Simbok, panggilan kepada ibu dalam bahasa Jawa. Ya, sejak kecil aku dan saudara – saudaraku ikut – ikutan memanggil eyang putri dengan sebutan simbok, seperti ibuku memanggil beliau.
“Mbok, kenapa sih ayam betina kalau habis bertelur selalu petok – petok?” tanyaku polos.
Dengan masih membawa wadah pakan ayamnya, simbok menjawab, “ karena induk ayam melihat anaknya tidak mirip dengan dirinya.” “Oooh,” sahutku melongo.

Subhanallah… Allah ta’ala telah memberikan kasih sayangNya kepada seluruh makhluk ciptaanNya di muka bumi ini. Induk ayam selalu melindungi anak – anaknya bahkan ketika masih berupa telur. Tak boleh ada yang mengganggu. Begitulah kasih sayang induk kepada anaknya. 
Menurutku ada hikmah yang bisa dipetik dari percakapan kami sore itu. Ayam betina selalu petok – petok setelah bertelur aku anggap sebagai doa dan pengaduan kepada sang Khaliq dari sang induk, kenapa dia diberi anak yang berbeda rupa dengan dirinya. Meskipun demikian, sang induk tetap berprasangka baik kepada sang Pencipta, dan selalu bersyukur dengan cara selalu menjaga telur – telurnya untuk dierami. Tiga minggu berlalu dan akhirnya… Allah azza wa jalla mengabulkan doa sang induk dengan menetasnya telur menjadi anak ayam yang lucu,J.
Itulah cinta pertama anak ayam kepada induknya. Ada kasih sayang yang tercurahkan di antara keduanya. Itu kasih sayang yang Allah tanamkan pada binatang. Terlebih manusia, ada kasih sayang yang lebih medalam karena manusia dikaruniai hati oleh Allah.
Ibu. Dia lah cinta pertamaku di dunia. Yang menempatkanku pada pelukannya. Yang selalu terjaga karena tangisanku. Yang selalu tersenyum dengan ulah nakalku. Yang selalu kusayangi… Ya, tak ada kata yang mampu mengungkapkan hal itu.
Blessed is your face
Blessed is your name
My beloved
Blessed is your smile
Which makes my soul want to fly
My beloved
All the nights
And all the times
That you cared for me
…..
Forgive me
For all the years I caused you pain
If only I could sleep in your arms again
Mother I’m lost without you
You were the sun that brightened my day
Now who’s going to wipe my tears away
If only I knew what I know today
Mother I’m lost without you
Ummahu, ummahu, ya ummi [Mother – Sami Yusuf]

Sobat, selalu sayangi dan cintailah orang tua kita. Sebut nama mereka dalam doa – doa yang kita panjatkan. Ingatlah dia di mana pun kita berada. Karena mereka adalah… cinta pertama dalam kehidupan kita.

Senin, 17 Oktober 2011

Sabar dalam kesabaran


“Hufft, udah dibilangin berkali – kali masih aja tetep kayak gitu. Jengkel aku!”
“Jadi anak kok ngga bisa diatur! Habis sudah kesabaranku.”
“Sabar, sabar. Emang enak jadi orang sabar?! Sabar itu ya ada batasnya!”

Hemm, benarkah seperti itu??
Aku jadi berpikir, kalau semua orang jengkel pada orang lain, mungkinkah Indonesia merdeka?
Oh, terlalu tinggi ya perumpaannya? (kebanyakan nonton film dokumenter nih, hihihi)
Kalau kesabaran itu habis, kita ngga bisa mendapatkan lampu yang terang di malam hari….
Kalau kesabaran itu ada batasnya, masing – masing orang punya pahala kebaikan yang terbatas dong??

Iya, kan?? Sabar itu kan kebaikan. Kalau kebaikan ada batasnya, berarti pahala orang itu dibatasi. Hmm, ngga mungkin seperti itu kan?
Kita harus sabar ketika mendapat cobaan, musibah. Kita juga harus sabar dalam menuntut ilmu. Kita harus sabar dalam beramal sholeh.
Nah, jika kita analogikan sabar sebagai sebuah ilmu atau sebagai amal sholeh maka kita harus bersabar dalam melakukan kesabaran. Iya ngga? Iya kan? Iya lah…^^
Dengan demikian, kesabaran itu tanpa batas, sehingga pahala yang didapat pun akan berlipat – lipat. Seperti yang Allah ta’ala janjikan:
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Q.S. An Nahl : 96)

So, mari bersabar kawan!

Members