Suatu hari seorang raja yang terkenal lalim, tiba-tiba mengumpulkan rakyatnya ‘katanya’ untuk memberi hadiah. Tumben-tumbenan ini raja mau kasih hadiah, begitu pikir sebagian besar rakyat.
Akan tetapi dasar raja lalim, sekalipun ia memberi hadiah ia tidak memberinya gratis.
“Wahai rakyatku, aku punya hadiah besar untuk kalian” kata raja.
“Horee…’
“Tapi ada syaratnya” raja menambahkan.
”Huuuu “ Rakyat berteriak dalam hati.
“Saya akan memberikan satu guci emas bagi sia yang berani berenang menyeberang sungai ini” kata raja, sambil menunjuk sungai lebar yang mengelilingi istananya dan direnangi olah ratusan buaya.
“Huh” Rakyat langsung lemas, tak bereaksi.
Melihat rakyat tidak ada yang beminat raja menambahkan.
“Jika tidak berminat seguci emas, boleh juga pilih hadiah menjadi gubernur ku di ibu kota” tambah raja menawarkan pilihan.
Rakyat masih gak ada yang berminat.
“Kalau masih tidak ada yang berminat, aku beri pilihan lain, menjadi menantuku menikah dengan putriku atau …
Belum selesai ucapan raja tiba-tiba…
Byuur…
Seorang pemuda tiba-tiba masuk ke sungai.
Semua orang tegang menanti apa yang akan terjadi.
Pemuda itu berenang secepatcepatnya.
Terlambat. Seekor buaya mulai mendekat.
Belum sempat buaya tersebut menggigit pemuda itu mampu menghalaunya dengan kayu yang kebetulan ada di dekatnya.
Kali ini ia mencoba berenang sekuat tenaga. Lebih cepat lagi.
Sayangnya ada dua buaya mendekat sekaligus dari dua arah berlawanan.
Dengan gerakan tipuan, pemuda itu berhasil membuat kedua buaya itu bertabrakan.
Buaya lain mulai datang dan berkumpul.
Entah dari mana kekuatan itu datang, pemuda itu berhasil menaiki satu buaya dan meloncati satu persatu buaya yang berkumpul.
Ia selamat sampai di seberang.
Semua terkesima melihat adegan itu, termasuk sang raja.
Segera semua bergegas menemui pemuda pemberani.
“Nampaknya Anda berminat pada anakku, ingin menjadi menantu raja?” tanya sang raja, setengah yakin karena pemuda ini loncat ketika ia menawarkan putrinya.
“Tidak saya tidak berminat,” jawab pemuda itu agak kasar dan terengah-engah sambil melihat sekeliling. Nampaknya ia marah sekali
“Atau engkau ingin jadi gubernurku?” tanya raja penasaran
”Tidak aku tidak berminat”, jawab pemuda itu, masih kehabisan napas. Matanya tidak berhenti melihat sekeliling.
“Berarti engkau ingin seguci emas” seru raja memastikan.
“Tidak saya tidak berminat.”
“Jadi apa yang anda inginkan?” raja semakin penasaran.
Pemuda itu menjawab :
“Saya cuma mau tahu siapa orang yang mendorong saya!”
Hahaha
ternyat pemuda itu bukan pemberani tapi ada yang mendorongnya.
Apa hikmah kisah tersebut?
Hikmahnya?
Pemuda itu sebenarnya punya potensi untuk memenangkan sayembara raja tapi ia baru tahu ia bisa melakukannya setelah ia tercebur pada situasi yang tidak ada pilihan lain kecuali selamat
Intinya;
Kita punya potensi besar, hanya saja kita baru mengeluarkan seluruh potensi jika sudah tercebur pada masalah hidup atau mati.
Kalau sudah terpaksa.
Banyak kisah wanita yang pasif tiba tiba menjadi pengusaha sukses setelah suaminya mendadak meninggal.
Banyak kisah anak manja yang tiba-tiba jadi pekerja keras karena tiba-tiba orang tuanya meninggal.
Pilihannya apakah kita harus menunggu tercebur dulu baru bekerja mati-matian?
Atau sekarang bekerja mati-matian jadi kemungkinan tercebur semakin sedikit, kalaupun tercebur kita sudah siap.
Buat:teman2 yang yang baru merintis sebuah program kontribusi untuk farohis,tetap sabar dan istiqomah.mungkin kita di antara yang terpaksa dalam program ini,tapi dengan terpaksa akan muncul potensi kita...bahwa kita mampu mewujudkannya....tetap optimis,rapatkan barisan dan perbanyak doa......
Kamis, 24 November 2011
Minggu, 13 November 2011
Witing tresna jalaran saka kuliner
Alhamdulillah…
Akhirnya, setelah sekian lama bejibaku dengan amanah akademis, sekarang bisa menulis kembali. Membagi kisah, ilmu, dan hal – hal yang menginspirasi dalam hidup ini. Dengan begitu kita akan menjadi orang – orang yang cerdas, orang yang selalu memanfaatkan waktu dengan baik untuk melakukan kebaikan.
Hai sobat, geli ngga membaca judul posting kali ini?? Hehehe…
Itu merupakan plesetan dari pepatah bahasa jawa: Witing tresna jalaran saka kulina (jatuh cinta karena terbiasa [bertemu, berinteraksi.pen]). Sedangkan judul posting di atas artinya jatuh cinta gara – gara masakan.
He?? Emang ada yang jatuh cinta seperti itu? Emm, mungkin saja ada, tapi entah lah namanya saja plesetan. Namun, bukankah masakan seorang ibu bisa membuat anak – anaknya cinta mati pada hasil racikannya?
Saat kita jauh dari orang tua, kadang merasa rindu pada cita rasa masakan ibu. Itulah kehebatan masakan. Sebenarnya, kalau dipikir lebih lanjut, kita sudah diberi ‘masakan’ ala ibu sejak kita berada dalam kandungan. Asupan makanan yang kita dapatkan ketika masih bayi berasal dari nutrisi yang diproses dalam tubuh ibu. Begitu pula setelah kita lahir, kita diberi asupan gizi dari ASI. Selain sebagai sebuah kebutuhan dan kewajiban, ASI dapat menumbuhkan serta menyuburkan cinta seorang anak kepada ibu, cinta ibu kepada anaknya.
Masakan juga dapat mempersatukan saudara – saudara seiman. Dengan makan bareng, lebih kerennya sebut saja makan berjama’ah, kita akan menjadi lebih dekat dengan saudara – saudara kita. Rasa cinta karena Allah ta’ala akan muncul. Kasih sayang dan saling berbagi terasa begitu kental. Dengan demikian, ukhuwwah islamiyah juga akan semakin terikat erat.
So, berbagi lah ‘masakan’ yang kita miliki untuk saudara – saudara kita, ^^
*masakan itu bisa berupa wajah yang berseri, perhatian, dsb.
Langganan:
Postingan (Atom)